Nama :
Dimas maulana pasha fauzan
Kelas :
1pa13
Npm : 12516050
1. Nilai – nilai
budaya
Pengertian
nilai budaya merupakan konsep abstrak mengenai masalah besar dan bersifat umum
yang sangat penting serta bernilai bagi kehidupan masyarakat. Nilai budaya itu
menjadi acuan tingkah laku sebagian besar anggota masyarakat yang bersangkutan;
berada dalam alam pikiran mereka dan sulit untuk diterangkan secara rasional.
Nilai budaya bersifat langgeng, tidak mudah berubah aaupun tergantikan dengan
nilai budaya yang lain. Anggota masyarakat memiliki nilai sebagai hasil proses belajar
sejak masa kanak kanak hingga dewasa yang telah mendarah daging.
Contoh nilai budaya yang ada pada bangsa
Indonesia adalah Pancasila dengan lima silanya yang merupakan satu kesatuan
atau satu sistem. Tiap bagian bangsa Indonesia seperti suku suku memiliki nilai
budaya atau sistem nilai budaya yang menjadi pedoman tingkah laku dalam
kehidupan masyarakat. Berbagai suku bangsa berbeda memiliki dan mengamalkan
nilai nilai seperti tolong menolong atau gotong royong, musyawarah setia kawan,
harga diri, tertib dan sebagainya, yang tercermin dalam berbagai lapangan
hidup, unsur unsur kebudayaan atau pranata pranata seperti religi, organisasi
sosial, kekerabatan, mata pencaharian, unsur teknologi, kesenian dan
sebagainya.
Unsur unsur
teknologi tradisional contohnya pakaian yang seringkali muncul dengan hiasan
tertentu yang kadang kadang merupakan simbol sebuah nilai yang mengandung makna
berharga bagi kehidupan sosial pendukung kebudayaan yang bersangkutan.
Aktivitas tertentu dalam rangka mata pencaharian dilatarbelakangi oleh nilai
nilai seperti gotong royong.
Aktivitas kerja
sama yang bersifat saling tolong menolong itu merupakan perwujudan pandangan
bahwa manusia tidak hidup sendiri, harus saling bergantung, dan karena itu
harus pula memelihara hubungan baik dengan sesama dalam satu lingkungan sosial
tertentu. Pandangan semacam itu menyebabkan terwujudnya aktivitas dalam
pandangan lain, seperti dalam upacara religi, upacara perkawinan, membangun
rumah, dan lain lain. Hal seperti ini tidak hanya terdapat di Indonesia, tetapi
juga pada masyarakat suku bangsa lain di Asia, Afrika, Oseania, dan lain lain.
Sumber:
http://www.learniseasy.com/2015/09/pengertian-nilai-budaya.html#
2.
akulturasi budaya
Pengertian
Akulturasi dan Contoh Akulturasi Budaya Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin
“acculturate” yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum,
pengertian akulturasi (acculturation) adalah perpaduan budaya yang kemudian
menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya
tersebut. Misalnya, proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling
bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga bisa saling memengaruhi.
Sedangkan, menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya
Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.
Sedangkan, menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya
Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.
1.
Kontak sosial pada seluruh lapisan
masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan antar individu dalam dua
masyarakat
2.
Kontak budaya antara kelompok yang
menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa.
teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.
3.
Kontak budaya antara masyarakat yang
jumlah warganya banyak atau sedikit.
4.
Kontak budaya baik antara sistem
budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.
Contoh-contoh Akulturasi :
a. Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi
sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni
Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu
bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya
candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut
dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam
bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat
pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar
candi dalam bangunan stupa.
b.SeniTarian
Tari Betawi. Sejak dulu orang Betawi tinggal di berbagai wilayah Jakarta. Ada yang tinggal di pesisir, di tengah kota dan pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal menyebabkan perbedaan kebiasaan dan karakter. Selain itu interaksi dengan suku bangsa lain memberi ciri khas bagi orang Betawi. Tari yang diciptakanpun berbeda. Interaksi orang Betawi dengan bangsa Cina tercipta taricokek ,lenong,dan gambangkromong.
Tari Betawi. Sejak dulu orang Betawi tinggal di berbagai wilayah Jakarta. Ada yang tinggal di pesisir, di tengah kota dan pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal menyebabkan perbedaan kebiasaan dan karakter. Selain itu interaksi dengan suku bangsa lain memberi ciri khas bagi orang Betawi. Tari yang diciptakanpun berbeda. Interaksi orang Betawi dengan bangsa Cina tercipta taricokek ,lenong,dan gambangkromong.
c.SeniBerpakaian
Pakaian Adat Betawi, orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian. Namun yang lazim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas ang menutup leher (jas tutup) yang digunakan sebagai stelan celana panjang Melengkapi pakaian adat pria Betawi ini, selembar kain batik dilingkari pada bagian pinggang dan sebilah belati diselipkan di depan perut. Para wanita biasanya memakai baju kebaya, selendang panjang yamg menutup kepala serta kain batik. Pada pakaian pengantin, terlihat hasil proses asimilasi dart berbagai kelompok etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria, yang terdiri dari: sorban, jubah panjang dan celana panjang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Sedangkan pada pakaian pengantin wanita yang menggunakan syangko (penutup muka), baju model encim dan rok panjang memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina Uniknya, terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaanArab.
Pakaian Adat Betawi, orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian. Namun yang lazim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas ang menutup leher (jas tutup) yang digunakan sebagai stelan celana panjang Melengkapi pakaian adat pria Betawi ini, selembar kain batik dilingkari pada bagian pinggang dan sebilah belati diselipkan di depan perut. Para wanita biasanya memakai baju kebaya, selendang panjang yamg menutup kepala serta kain batik. Pada pakaian pengantin, terlihat hasil proses asimilasi dart berbagai kelompok etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria, yang terdiri dari: sorban, jubah panjang dan celana panjang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Sedangkan pada pakaian pengantin wanita yang menggunakan syangko (penutup muka), baju model encim dan rok panjang memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina Uniknya, terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaanArab.
d.AdatKebiasaan
Tradisi membagi rezeki saat hari raya sebenarnya terjadi karena proses akulturasi budaya Tionghoa dengan Islam. Memberi dengan ketulusan hati merupakan bagian luhur dari menjalankan kewajiban sebagai manusia. Dan lebih indah lagi jika segala kebajikan dilakukan di hari raya. Menjalankan tradisi tentu merupakan bagian dari kebajikan. Tradisi yang diwariskan leluhur sejatinya tetap dilaksanakan karena mengandung nilai-nilai moral yang bertujuan baik. Salah satu tradisi Lebaran yang tak kalah populer adalah berbagi rezeki.
Sumber:
http://www.abimuda.com/2015/11/pengertian-akulturasi-dan-contoh-akulturasi-budaya.html
3.teori
kebudayaan
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya
terbenuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan
Eropa, Tionghoa, India, Arab dan lain sebagainya.
Kata Kebudayaan, berasal dari kata Sanskerta buddhayah, bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “kekal”.
(Koentjaraningrat. 2003:73) Menurut BAKKER kata kebudayaan
dari “Abhyudaya”, Sansekerta Kata “Abhyudaya” menurut Sanskrit Dictionary
(Macdonell, 1954): Hasil baik, kemajuan, kemakmuran yang serba Iengkap.
Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar
budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan
budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Culture dari kata Latin colere “mengolah”, “mengerjakan”,
dan berhubungan dengan tanah atau bertani sama dengan “kebudayaan”, berkembang
menjadi” “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan
mengubah alam”. (Koentjaraningrat. 2003:74)
Pada
awalnya, konsep kebudayaan yang benar-benar jelas yang pertama kalinya di
perkenalkan oleh Sir Edward Brnett Taylor. Seorang ahli Antropologi Inggris
pada tahun 1871, mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, mora, kebiasaan, dn
lain-lain. Pada waktu itu, banyak sekali definisi mengenai kebudayaan baik dari
par ahli antropologi, sosiologi, filsafat, sejarah dan kesusastraan. Bahkan pada
tahun 1950, A.L. Kroeber dan Clyde Kluchkhon telah berhasil mengumpulkan lebih
dari serats definisi ( 176 definisi ) yang diterbitkan dalam buku
berjudulCulture : A Critical Review of Concept
and Definition (1952).
Menurut Atmadja, teori kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul
sebagai suatu usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan di
daerah-daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuj kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak
menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau
memperkaya kebudayaan itu sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan
bangsa Indonesia.
Dalam Koentjaraningrat, (2003 : 74 ) J.J Honingmann mengatakan
bahwa ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :
1.
Ideas
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
2.
Activities
Wujud tersebut dinamakan
sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu
sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam
sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat
konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
3.
Artifacts
Wujud ini disebut juga
kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling
konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan,
baju, kain komputer dll.
Sedangkan (dalam Koentjaraningrat.
2003:81) terdapat tujuh unsur kebudayaan menurut C. Kluckhon, antara lain
:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Kebudayaan, sebagai suatu pengetahuan yang
dipelajari orang sebagai anggota dari suatu kelompok, tidak dapat diamati
secara langsung. Jika kita ingin menemukan hal yang diketahui orang maka kita
harus menyelami alam pikir mereka, dimam-mana setiap orang mempelajari
kebudayaan mereka dengan mengamati oarang lain, mendengarkan mereka,kemudian
membuat suatu kesimpulan. Maka disinilah peran seorang etnograper meleakukan
proses yang sama yaitu dengan memahami hal yang dilihat dan didengarkan untuk
menyimoulkan hal yang diketahui orang dimana hal ini meliputi pemikiran atas
kenyataan. Dalam melakukan kerja lapoangan, etnografer membuat sebuah
kesimpulan budaya dari tiga sumber sehingga hal ini menjadi dasar adanya saling
keterkaitan yamg sangat kuat tentang Etnograpi dan Kebudayaan itu sendiri
yaitu:
·
Dari hal yang dikatakan
orang
·
Dari cara orang
bertindak, dan
·
Dari berbagai artefak
yang digunakan orang.
Sumber:
https://ayhie13.wordpress.com/culture/teori-kebudayaan/
4. Makna Pelestarian Budaya
Makna pelestarian kebudayaan jika dilihat dari segi
pemaknaan kata dasarnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI,1998; 520 )
yaitu berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, kekal. Hal ini
menandakan bahwa pelestarian kebudayan itu dimaknai “menjadikan membiarkan
tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti keadaannya semula, mempertahankan
kelangsungannya.”
Kebudayaan dapat dilestarikan dalam dua bentuk yaitu :
1.
Culture
Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan
cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika
kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar
dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan demikian dalam setiap
tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini.
1.
Culture
Knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan
cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi
kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan
pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan
demikian para generasi muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga
dapat melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan
hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan yang
dilakukan oleh negara-negara lain. Masyarakat kita terkadang tidak bangga
terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap
budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai
orang timur. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab ikita
sendiri yang tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya, kita baru
bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi
secara diam-diam.
Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya
bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang
cukup strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah ditanah air.
Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada
upaya pelestarian kebudayaan nasional.Salah satu kebijakan pemerintah yang
pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah disetiap
event-event akbar nasional, misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya.
Semua itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda bahwa
budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya, bukan berasal dari
negara tetangga. Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan.
Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan yang kita miliki.
Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal
kebudayaan daerah.
Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai
cara dalam melestarikan budaya, salah satunya adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal
2.
Lebih
mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta pemberdayaan
dan pelestariannya
3.
Berusaha
menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan, keramah-tamahan dan
solidaritas yang tinggi.
4.
Selalu
mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah
5.
Mengusahakan
agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar